Newest Post
// Posted by :Unknown
// On :Rabu, 13 Maret 2013
Teh merupakan tanaman daerah tropis dan subtropis yang secara ilmiah dikenal dengan Camellia Sinensis. Dari kurang lebih 3000 jenis teh hasil perkawinan silang, didapatkan 3 macam teh hasil proses, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Cara pengolahan teh yaitu dengan merajang daun teh dan dijemur di bawah sinar matahari sehingga mengalami perubahan kimiawi sebelum dikeringkan . Perlakuan tersebut akan menyebabkan warna daun menjadi coklat dan memberi cita rasa teh hitam yang khas.
Teh hijau , jenis
teh tertua, amat disukai terutama oleh masyarakat Jepang dan Cina. Di sini daun
teh mengalami sedikit proses pengolahan, hanya pemanasan dan pengeringan sehingga
warna hijau daun dapat dipertahankan. Sedangkan teh oolong lebih merupakan jenis
peralihan antara teh hitam dan teh hijau. Ketiga jenis the masing-masing memiliki
khasiat kesehatan karena mengandung ikatan biokimia yang disebut polyfenol,
termasuk di dalamnya flavonoid. Flavonoid merupakan suatu kelompok
antioksidan yang secara alamiah ada di dalam sayur-sayuran, buah-buahan, dan minuman
seperti the dan anggur.
Subklas polifenol meliputi
flavonol, flavon, flavanon, antosianidin, katekin, dan biflavan. Turunan dari katekin
seperti epi-cathecin (EC), epigallo-cathecin (EGC),
epigallo-cathecingallate (EGCg), dan quercetin umumnya
ditemukan di dalam teh. EGCg dan quercetin merupakan anti oksidan
kuat dengan kekuatan hingga 4-5 kali lebih tinggi dibandingkan vitamin E dan C
yang juga merupakan antioksi dan potensial. Antioksidan diketahui mampu menghindarkan
sel dari kerusakan mengingat setiap kerusakan selakan menyumbang lebih dari 50
penyakit.
The hijau mengandung
EGCg, demikian juga the hitam, demikian dikatakan seorang ahli biokimia. Dalam sebuah
studi yang dilakukan peneliti Belanda menyebutkan, mengkonsumsi 4-5 cangkir the
hitam setiap hari akan menurunkan resiko stroke hingga 70% dibanding dengan mereka
yang mengkonsumsi teh 2 cangkir sehari atau kurang. Laporan lainnya menyebutkan
lebih banyak mengkonsumsi the hitam berhubungan dengan rendahnya kasus serangan
jantung. John Folts, Direktur Sekolah Medis, Pusat Penelitian dan Pencegahan Arteri
Trombosis, Universitas Wisconsin, AS menemukan kunci khasiat dalam the yaitu flavonoid.
Hasil penelitiannya menunjukkan, flavonoid dalam the hitam mampu menghambat penggumpalan
sel-sel platelet darah sehingga mencegah penyumbatan pembuluh darah pada penyakit
jantung koroner dan stroke. Studi lain menyebutkan bahwa peminum the fanatic memiliki
kadar kolesterol dan tekanan darah yang rendah, meskipun masih belum jelas apakah
semuanya itu langsung disebabkan karena teh.
Para peneliti di
Universitas Case Western Reserve, Cleveland, AS menemukan pengaruh penggunaan
the hijau pada kulit hingga 90 %. Ternyata the sangat efektif melindungi kulit dari
sinar matahari yang dapat mengakibatkan kanker kulit. The juga diketahui mengandung fluoride yang dapat menguatkan
email gigi dan membantu mencegah kerusakan gigi. Dalam suatu studi laboratorium
di Jepang, para ahli menemukan bahwa the membantu mencegah pembentukan plak gigi
dan membunuh bakteri mulut penyebab pembengkakan gusi.
Penelitian di
Jepang menunjukkan, daerah penghasil teh yang pendudukanya terkenal sebagai peminum
the fanatik, sangat rendah angka kematiannya yang disebabkan oleh kanker. Hasil
studi lainnya, dilakukan kerjasama antara tim peneliti Oguni dan pusat penelitian
kanker di Beijing untuk mempelajari pengaruh ekstrak the hijau pada tikus yang
telah diberi ransum makanan karsinogenik (zat pemicu kanker). Dilaporkan, angka
rata-rata kanker pada tikus yang memperoleh ekstrak the hijau setengah dari tikus
yang tidak memperoleh ekstrak the hijau.
Para peneliti yakin
bahwa polifenol yang dikenal sebagai cathecin yang terdapat pada
the hijau, membantu tubuh manusia melawan sel kanker. Studi lainnya dilakukan oleh
Ogunidan Dr. Masami Yamada dari Hamamatsu Medical Center menemukan cathecin
membunuh Helicobator pylori, bakteri pemicu kanker lambung.